Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.

Tuesday, February 5, 2008

Ilustrasi Call Options

Anda masih ingat dengan definisi call option bukan? Yaitu hak untuk membeli suatu aset diharga tertentu untuk jangka waktu tertentu. Sekarang kita akan mempelajari lebih mendalam lagi dengan apa yang disebut call option. Untuk mempermudah anda memahaminya kami akan berikan sebuah ilustrasi:




A kembali menghubungi B dan berkata: ”Pak B, saya bersedia membeli rumah anda seharga Rp 500 juta, namun saya tidak memiliki uang tunai sebesar itu sekarang, karena uang saya masih di deposito dan butuh waktu untuk mencairkannya. Kalau Pak B bersedia menunggu dua bulan, saat ini saya akan membayar uang tanda jadi sebesar Rp 25 juta. Uang tersebut sebagai tanda keseriusan saya dan sebagai kompensasinya, karena anda harus menunggu 2 bulan. Selambat-lambatnya dalam waktu dua bulan mendatang, saya akan membayar Rp 500 juta untuk menyelesaikan pembelian ini. Dengan demikian Pak B akan menerima Rp. 525 juta, yang berasal dari Rp. 25 juta uang tanda jadi, ditambah Rp. 500 juta lagi yang akan dibayarkan dalam dua bulan kemudian. Jika ternyata dalam waktu dua bulan A tidak menyelesaikan pembayaran sebesar Rp. 500 juta, maka uang tanda jadi yang telah diberikan hangus.”
B berpikir sejenak, ia mempertimbangkan pilihan antara mencari pembeli lain yang bersedia bayar tunai Rp. 500 juta saat ini juga, atau menyetujui usulan A dengan menerima Rp. 25 juta tunai sekarang ditambah Rp. 500 juta dua bulan kemudian. Karena B saat ini tidak dalam keadaan terdesak (butuh uang), akhirnya ia menyetujui usulan A.

Maka dibuatlah Surat Perjanjian / Kontrak Resmi diantara mereka.

Skenario pertama
Ternyata kemudian diketahui, di halaman belakang rumah tersebut mengandung “gas beracun”, yang mengakibatkan harga pasaran rumah tersebut turun jauh, misalnya menjadi Rp 100 juta.
Maka A bisa memutuskan untuk tidak jadi membeli rumah tersebut, karena lebih baik baginya membiarkan uang tanda jadi Rp 25 juta tadi hangus daripada menanggung kerugian yang lebih besar lagi.
Namun uang tanda jadi Rp 25 juta yang telah dibayar dimuka tetap menjadi milik B sebagai penjual (pemilik rumah).
Skenario kedua
Ternyata kemudian diketahui, di halaman belakang rumah tersebut ada “kandungan emas”, sehingga harga pasaran rumah tersebut naik menjadi mahal sekali, misalnya menjadi Rp 1 Milyar.
Maka A yang sudah membayar uang tanda jadi, ber-hak membeli rumah tersebut dengan harga perjanjian, yaitu Rp 500 juta, lalu menjualnya seharga Rp 1 Milyar, dan memperoleh keuntungan. Sedangkan B yang sudah terikat kontrak ber-kewajiban menjual kepada A (tidak bisa menjual kepada pihak lain (pihak III) selama masih terikat kontrak).
Uang tanda jadi tersebut di dunia option disebut dengan premi.

Ilustrasi call option pada saham
Misalkan harga saham Microsft (simbol : MSFT) saat ini berada pada harga US$30 per lembar. A ingin membeli MSFT, sebanyak 100 lembar. Maka dibuatlah kontrak antara A dan penjual (B) sebagai berikut :


Kontrak call option

Pembeli call option : A (hak membeli)
Penjual call option : B (wajib menjual)

Nama aset : Saham Microsoft (MSFT)
Jumlah kontrak : 1 kontrak (100 lembar saham)
Masa berlaku : 2 bulan dari sekarang

A membayar kepada B premi sejumlah :
US$ 0,6 per lembar x 100 lembar = US$ 60


Apa yang terjadi jika kemudian harga MSFT naik ataupun turun?
Skenario pertama: Harga MSFT naik
Misalkan Microsoft mengumumkan ke publik akan meluncurkan produk baru yang sangat inovatif, harga saham Microsoft naik menjadi US$ 50.
Maka sebagai call option buyer, A memperoleh keuntungan, karena ia mempunyai hak untuk membeli saham Mircosoft di harga US$ 30, sedangkan saat ini harga saham Microsoft di pasar bernilai US$ 50. Dengan kata lain A dapat membeli saham Microsoft di harga US$ 30 dan kemudian menjualnya dengan harga US$ 50 (profit = US$ 20 per lembar).
Keuntungan bersih A (net profit) adalah US$ 20 dikurangi premi yang telah dibayar sebesar US$ 0,6 per lembar = US$ 19,4 per lembar.
Karena 1 kontrak option mewakili 100 lembar saham, maka total net profit = US$ 19,4 X 100 = US$ 1.940.
Semakin naik harga saham Microsoft, A sebagai call option buyer akan semakin besar keuntungannya.
Sedangkan B sebagai call option seller, yang menerima premi US$ 0,6 per lembar mempunyai kewajiban menjual Micrososft di harga US$ 30 per lembar. Semakin naik harga saham Microsoft, B akan menanggung kerugian semakin besar.
Jika harga saham naik:
call option buyer semakin untung,
call option seller semakin rugi.

Skenario kedua: Harga MSFT turun
Misalkan Microsoft harga saham Microsoft turun drastis menjadi US$ 10.
Maka sebagai call option buyer, A tidak memiliki kewajiban untuk membeli. Karena lebih menguntungkan baginya untuk membeli saham Microsoft di pasar dengan harga US$ 10 daripada membeli dari B dengan harga US$30. Maka A lebih baik membiarkan haknya hangus (expired worthless).
Dalam hal ini kerugian A adalah sebesar premi yang telah dibayarkan, yaitu US$ 0,6 per lembar x 100 lembar = US$ 60. Berapapun penurunan harga saham Microsoft, maksimum kerugian yang bisa dialami A adalah sebesar US$ 0,6 per lembar.
Sebaliknya, keuntungan maksimum yang bisa diperoleh B adalah sebesar premi yang diterima, sedangkan potensi kerugiannya tak terbatas.
Kita membeli call option jika memperkirakan harga saham akan naik.

0 comments: